Tiga skor itu kompak menurun dari tes PISA 2015. Kala itu, skor membaca Indonesia ada di peringkat 65, skor sains peringkat 64, dan skor matematika peringkat 66.
Dengan melihat skor tersebut bisa dikatakan saat ini kondisi Indonesia berada di posisi GAWAT MEMBACA. Mengapa literasi itu penting? Apakah dengan membaca buku dapat menjamin masa depan kita? Memangnya apa peran buku dan budaya literasi bagi bangsa ini?
Pentingnya Literasi
Apakah literasi hanya sekedar kegiatan yang berkaitan baca dan tulis semata? Pada mulanya memang demikian. Tetapi seiring perkembangan kebutuhan dan kepandaian manusia maka cakupannya melebar bahwa literasi juga mencakup bagaimana seseorang berkomunikasi dalam masyarakat.
Istilah literasi ini menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mendefinisikan literasi sebagai kemampuan menulis dan membaca. UNESCO juga memberikan pemaknaan literasi yang lebih mendalam bahwa literasi merupakan kemampuan untuk mengidentifikasi, memahami, mengartikan, menciptakan, mengkomunikasikan, dan mengitung, menggunakan materi tercetak dan tertulis yang berkaitan dengan berbagai konteks.
Dengan demikian, literasi tidak hanya diartikan sebagai membaca dan menulis melainkan literasi juga merupakan kemampuan untuk mengidentifikasi, menentukan, menemukan, mengevaluasi, menciptakan secara efektif dan terorganisasi menggunakan dan mengkomunikasikan informasi untuk mengatasi berbagai persoalan. Kebanyakan orang masih belum sadar dengan dunia literasi dan beranggapan bahwa literasi hanya fokus pada baca dan tulis sehingga mereka tidak mengerti apa yang dimaksud dengan literasi. Namun, dengan adanya kegiatan membaca akan membuka cakrawala dunia. Oleh karena itu, membaca merupakan jendela dunia.
Menumbuhkan rasa keingintahuan seseorang akan ilmu pengetahuan itu tidaklah mudah namun dapat diwujudkan dengan budaya literasi. Memanglah sulit, sangat sulit menurut saya mengembangkan rasa ingin tahu yang dimana kita telah dididik untuk patuh dan dituntut untuk tidak banyak bertanya. Saya sendiri membutuhkan waktu bertahun-tahun lamanya untuk menumbuhkan rasa ingin tahu, dan itu tidak terlepas dari kegiatan membaca.
Bagaimana Menumbuhkan Minat Baca?
Dimulai dengan bacaan-bacaan ringan dulu. Entah itu majalah, koran, novel atau komik. Bisa dimulai dengan tentang hal yang kita sukai atau genre yang kita suka seperti novel romance, drama atau bahkan fantasi. Karena hal itu menurut saya seperti pemantik yang akan membawa kita menuju bacaan yang lainnya.
Sedikit cerita dari pengalaman pribadi.
Saya dulu begitu menyukai komik dan kebetulan di perpustakaan SD waktu itu ada komik "Why" dengan topik yang bermacam-macam. Mulai dari sejarah suatu peradaban, sains, biografi dan lainnya. Setelah mebaca komik itu dengan berbagai judul, rasa penasaran pun mulai tumbuh dan saya menjadi tertarik ke bacaan yang sedikit berat. Kalau genre novel saya menyukai fantasi karena ceritanya banyak mengandung mitos-mitos kosmogoni dari berbagai belahan dunia, menceritakan kebudayaannya serta kondisi masyarakat di masa lampau dan yang terpenting adalah nilai-nilai etis yang terkandung didalamnya. Hal itu membuat saya menjadi ingin mendalami sejarah secara mendalam.
Pertanyaan-pertanyaan terus bermunculan di kepala dan itu yang mendorong saya untuk menjadi terus membaca. Sejarah awal peradaban manusia, tentang bangkit dan runtuhnya peradaban, sebuah zaman keemasan, tokoh-tokoh yang membuat perubahan besar pada dunia, dan juga sejarah memberikan tilikan tentang gambaran bagaimana manusia di masa depan. Belajar sejarah menurut saya bertujuan untuk melonggarkan cengkraman masa lalu. Itu membuat kita untuk memalingkan kepala kita ke sana-sini dan mulai memperhatikan kemungkinan-kemungkinan yang tidak dapat dibayangkan leluhur kita. Dengan mengamati rantai peristiwa yang kebetulan menuntun kita ke sini, kita menyadari bagaimana pikiran dan impian kita terbentuk dan kita dapat mulai berpikir dan bermimpi secara berbeda.
Dan itu tidak berhenti di situ. Rasa suka terhadap sains juga tumbuh dengan kuat. Entahlah, matematika yang dulu saya benci ternyata terdapat keindahan abstrak yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Tidak terlepas dari matematika, keindahan akan kosmologi juga membuat saya seperti kembali mengenal akan asal-usul saya sebagai manusia. Rasi bintang yang begitu indah, kemilau cahaya Alpha Centauri, dan dengan kengerian Black Hole. Begitu menakjubkan. Alam menyimpan begitu banyak misteri dan menunggu untuk diketahui.
Keingin tahuan itu berada di puncaknya ketika memasuki filsafat. Disitu saya merasa kembali manjadi manusia itu sendiri dan melihat segala korelasi yang telah saya pelajari. Sains tidak terlepas dari sastra tidak terlepas dari seni tidak terlepas dengan berbagai hal di dunia ini. Rasa ingin tahu itu menjadi sangat besar dan semakin menjadi-jadi. Sehingga saya tidak membatasi bacaan pada sejarah, sastra, sains atau filosofi saja tetapi juga tentang berbagai persoalan hidup yang berasal dari berbagai bidang ilmu.
Bukan hanya pengetahuan yang luas yang didapat tetapi dapat menumbuhkan sikap kritis, skeptis dan objektif. Sikap itu sangat penting di era ini. Tidak hanya di era ini sampai kapanpun akan berguna. Dengan sikap kritis kita dengan mudah mengenali berita hoax atau tidak. Dengan menumbuhkan skeptisisme atau meragu-ragukan tentang apa yang sudah kita ketahui akan mengantarkan pada sikap yang objektif. Dengan mengakui adanya kebenaran di luar diri kita dan menghindari pemujaan akan tafsir pribadi tentang dunia. Melihat segalanya tidak hanya pada satu sudut pandang tetapi dari berbagai sudut pandang. Itulah kebenaran.
Literasi Untuk Generasi MudaGenerasi muda adalah salah satu komponen terpenting dalam pembangunan bangsa. Sumber daya manusia ini sangat potensial untuk membangun bangsa. Potensi disini yang dimaksud bahwa generasi muda harus dapat memanfaatkan teknologi dengan sebaik mungkin dan memperkaya diri dengan ilmu pengetahuan. Generasi muda merupakan Agent of Change (Agen Perubahan), sehingga keberhasilan suatu bangsa ada di pundak para generasi muda. Pentingnya mengembangkan kemampuan literasi, sangat mempengaruhi kualitas bangsa Indonesia. Namun kurangnya kesadaran masyarakat akan minat baca. Di kalangan generasi muda Indonesia pun juga belum tertanam kecintaannya pada membaca.
Dengan literasi akan menjadikan kita pribadi yang intelek dan memiliki keterampilan. Keberhasilan suatu bangsa ditentukan oleh kualitas generasinya. Semakin banyak penduduk yang mencari ilmu maka semakin tinggi peradaban dan budaya bangsa seiring dengan budaya literasinya. Kesadaran akan berliterasinya pada setiap individu pasti akan dapat menggunakan teknologi dengan baik dan bijak dan mengurangi penggunaan yang tidak bermanfaat secara berlebihan.
Membaca adalah kaki kita. Makin gemar membaca maka makin kita memperoleh kaki yang kokoh dan kuat. Makin kita membaca makin hidup kita berkaki, demikian kata Sindhunata. Ini kalimat penuh spirit betapa pentingnya membaca agar hidup lebih bermakna.
Bermakna, karena hanya dengan membaca diri kita bisa berubah, pikiran dan perilaku kita juga berubah. Berubah untuk mengenal segala potensi diri kita. Bukankah mengenal potensi diri merupakan modal untuk menebar manfaat kepada sesama agar hidup lebih bermakna.
Buku itu seharusnya bisa menjadi sahabat terbaik kita, menemani kita saat kesepian, membuat kita menangis, membuat kita tertawa, berkelana dan berkenalan dengan tokoh-tokoh besar, menyelami apa yang terjadi pada zaman dahulu. Ada begitu bayak kenikmatan yang bisa kita dapatkan dengan hanya rajin membaca buku.
Komentar
Posting Komentar